Peta Pariwisata Banda Neira

Berkunjung ke Banda Neira tanpa didampingi tour guide? Jangan khawatir. Kepulauan Banda tidak sulit untuk dijelajahi tanpa didampingi tour guide atau pemandu wisata. Di bawah ini Anda bisa melihat peta tempat-tempat yang wajib dikunjungi selama di Kepulauan Banda. Jika Anda masih kesulitan menemukan tempat yang dituju, jangan ragu-ragu bertanya pada penduduk lokal karena mereka akan dengan senang hati membantu Anda 🙂

petapariwisatabanda-kknppmugm
Peta Pariwisata Banda (klik pada gambar untuk memperbesar)

Mendaki Gunung Api Banda

Gunung Api merupakan puncak tertinggi di Kepulauan Banda dengan ketinggian 667 meter di atas permukaan laut. Jika Anda memiliki waktu lebih di Banda,  Anda dapat mendaki Gunung Api ini untuk menyaksikan pemandangan dari puncak. Perjalanan menuju puncak memakan waktu sekitar 2 jam.

Pemandangan dari dekat Pos 1 Gunung Api Banda.
Pemandangan dari dekat Pos 1 Gunung Api Banda.
??????????
Puncak Gunung Api Banda.
??????????
Pemandangan Banda Neira dari puncak.

Keindahan Alam Kepulauan Banda

Selain menyimpan kekayaan nilai sejarah, Kepulauan Banda memiliki keindahan alam yang sayang untuk dilewatkan.

Pantai Malole (Rajawali)
Pantai Malole, Banda Neira.
Pantai Malole (Rajawali) (2)
Pantai Malole, Banda Neira.
??????????
Pantai Tita Baru, terletak di depan Istana Mini, Banda Neira.
??????????
Pantai Tita Baru.
??????????
Pantai Belakang Lonthoir, Banda Besar.
??????????
Sunrise dari Jembatan Jodoh, Banda Neira.
??????????
Pemandangan Gunung Api Banda dan Banda Neira dilihat dari Pulau Sjahrir.
??????????
Sunset dari Pulau Sjahrir.
??????????
Tanjung Serang, Pulau Sjahrir.
Dermaga Waling
Dermaga Desa Walang, Banda Besar.
Dermaga
Dermaga Banda Neira.

 

Dermaga Desa Lonthoir, Banda Besar.
Dermaga Desa Lonthoir, Banda Besar.

Wisata Sejarah Kepulauan Banda (Banda Neira dan Banda Besar)

Kepulauan Banda merupakan pulau yang kaya akan sejarah. Dahulu pulau ini merupakan pusat perdagangan pala, hasil bumi yang menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa mulai dari Portugis, Inggris, dan Belanda. Tidak heran jika di Banda banyak bangunan bersejarah yang membuat pulau ini memiliki nuansa kota tua. Berikut merupakan beberapa bangunan yang memiliki nilai sejarah di Kepuluan Banda.

Rumah Pengasingan Dr. Cipto Mangunkusumo.
Rumah Pengasingan Dr. Cipto Mangunkusumo.

 

Rumah Pengasingan Bung Hatta.
Rumah Pengasingan Bung Hatta.

Pada tahun 1936-1942, tokoh proklamasi Indonesia, Mohammad Hatta diasingkan ke Banda Neira. Selama 8 tahun diasingkan, Bung Hatta tinggal di rumah ini dan membuka sekolah sore dimana beliau mengajar anak-anak setempat. Rumah ini masih dilengkapi peralatan yang dipakai Bung Hatta pada waktu itu.

Rumah Pengasingan Dr. Sjahrir.
Rumah Pengasingan Dr. Sjahrir.

Bersama Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Perdana Menteri (PM) pertama Indonesia, diasingkan ke Banda mulai tahun 1936-1942. Rumah Pengasingan Bung Sjahrir menyimpan banyak kenangan berupa foto-foto dan mesin ketik peninggalan Bung Syahrir.

Rumah Captain C.Colle.
Rumah Captain C.Colle.

Rumah Captain C. Colle sekaligus tempat penandatanganan perjanjian penyerahan Pulau Manhattan dari Belanda kepada Inggris dan Pulau Rhun dari Inggris ke Belanda.

Monumen Parigi Rante.
Monumen Parigi Rante.

Monumen Perigi Rante dibuat untuk mengenang 40 putra terbaik Banda yang dibunuh atas perintah Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterzoon Coen.

Gereja Tua di Banda Neira.
Gereja Tua di Banda Neira.
Gedung OK. Makatita (Susteet)
Gedung OK. Makatita (Susteet)

Gedung ini dulunya dipakai oleh para pegawai sipil, militer, perkeniers, dan para bangsawan untuk berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan seperti minum teh, bermain kartu, pesta dansa, perjamuan, pertunjukan musik atau drama maupun sekedar berbincang-bincang.

Istana Mini di Banda Neira.
Istana Mini di Banda Neira.

Bangunan ini dulunya digunakan sebagai pusat kantor perdagangan rempah-rempah dan sekaligus kediaman Gubernur Jenderal Belanda termasuk diantaranya Jan Pieterszoon Coen. Bentuk bangunan Istana Mini ini mirip dengan bangunan Istana Negara di Jakarta.

Ruang makan di Istana Mini.
Ruang makan di Istana Mini.
Benteng Belgica
Benteng Belgica.

Benteng Belgica dibangun pada tahun 1611 oleh Gubernur Jenderal Pieter Both sebagai pertahanan dalam menghentikan perlawanan penduduk Neira. Pada masa penjajahan Belanda, Benteng ini digunakan untuk memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda pada saat itu.

Pemandangan dari atas Benteng Belgica.
Benteng Holandia.
Benteng Holandia di Banda Besar.

Benteng Hollandia terletak di ketinggian 100 meter di atas permukaan air laut. Benteng ini didirikan pada tahun 1624. Pada saat dulu benteng ini digunakan sebagai tempat pemantauan aktifitas rakyat Banda serta lalu lintas perairan di sekitar Desa Lonthoir.

Blood Stone.
Parigi di Lonthoir.
Parigi di Lonthoir.

Parigi Pusaka merupakan sumur pusaka peninggalan dari nenek moyang warga lokal. Sumur ini masih digunakan hingga sekarang oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air sehari – hari. Setiap 10 hingga 15 tahun sekali diadakan ritual memandikan Parigi Pusaka oleh warga sekitar.

 

Kepulauan Banda, Indonesia (Banda Islands, Indonesia)

Source : Wikipedia

 

Berkunjung ke Maluku, kurang lengkap rasanya jika tidak menyempatkan diri mengunjungi Kepulauan Banda. Sebuah surga kecil di bagian timur Indonesia. Berjarak sekitar 140 kilometer ke arah selatan Pulau Seram, Kepulauan Banda memiliki pulau-pulau nan eksotik yang dikelilingi oleh laut yang indah.

Kepulauan Banda masuk dalam wilayah Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Dengan Pulau Banda Neira sebagai pusat administratif. Selain Neira, pulau-pulau lain di Kepulauan Banda seperti pulau Banda Besar, Run, Ay, Nailaka, juga pulau Hatta dan Syahrir juga patut untuk dikunjungi.

Di Banda Besar misalnya, terdapat beberapa peninggalan sejarah di antaranya Benteng Hollandia, Sumur Tua, Blood Stone, Makam Belanda, Kuburan satu jengkal, serta wisata alam yang tidak kalah indahnya sepeti Dermaga dan Pantai Belakang Lonthoir.

 

Pemandangan dari Benteng Hollandia, Desa Lonthoir, Banda Besar
Pemandangan dari Benteng Hollandia, Desa Lonthoir, Banda Besar

Kepulauan Banda menyimpan sumber rempah-rempah bernilai tinggi. Tak heran kemudian para pedagang dunia serta bangsa-bangsa Eropa mulai dari Portugis, Inggris, dan Belanda mengincar rempah asal Banda. Banyak saudagar berdagang pala dan fuli, yang mana pada masa tersebut merupakan komoditi utama. Namun, rempah-rempah juga membawa dampak negatif bagi penduduk Banda asli. Demi mendapatkan rempah Banda, bangsa Belanda pun tega membantai penduduk lokal di Banda Neira dalam usahanya menaklukan Banda. Tak sampai di itu saja, bangsa Belanda juga membawa sebagian besar penduduk Banda Neira yang tersisa ke Batavia untuk dijadikan budak.

Pada perkembangannya, Banda Neira pun pernah menjadi pusat perdagangan pala dunia hingga pertengahan abad ke-19. Tak heran jika Banda Neira memiliki nuansa kota tua dengan bangunan-bangunan peninggalan VOC yang masih terjaga hingga sekarang. Beberapa bangunan peninggalan VOC yang dapat ditemui di Banda Neira antara lain :

Istana Mini

Bangunan ini dulunya digunakan sebagai pusat kantor perdagangan rempah-rempah dan sekaligus kediaman Gubernur Jenderal Belanda termasuk diantaranya Jan Pieterszoon Coen. Bentuk bangunan Istana Mini ini mirip dengan bangunan Istana Negara di Jakarta dan konon merupakan acuan pembuatan Istana Negara di Jakarta.

Benteng Nassau

Bangunan berbentuk segi empat ini merupakan saksi bisu terjadinya pembantaian 44 orang kaya Banda pada tahun 1621. Pembantaian ini dilakukan atas perintah Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterzoon Coen

Benteng Belgica

Pada tahun 1611 benteng ini dibangun oleh Gubernur Jenderal Pieter Both sebagai upaya pertahanan saat menyerang Neira. Pada abad berikutnya, benteng ini juga digunakan untuk memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda pada saat itu.

Serta bangunan lain seperti Gereja Tua Banda, Gedung OK. Makatita (Susteet), Monumen Parigi Rante, dan Rumah Captain Chistoper Colle.

Menjelang kemerdekaan Indonesia, Banda juga menyimpan sejarah Nasional. Beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Tjipto Mangunkusumo, Iwa Kusumasumantri, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta pernah diasingkan ke Banda Neira oleh pemerintah kolonial Belanda pada pertengahan abad 20. Mereka menempati rumah-rumah pengasingan yang hingga kini masih terawat dengan baik. Rumah pengasingan ini terbuka bagi wisatawan, di dalamnya kita dapat melihat benda-benda peninggalan tokoh-tokoh tersebut.

Salah satu foto Bung Hatta yang dipajang di rumah pengasingannya di Banda Neira
Salah satu foto Bung Hatta yang dipajang di rumah pengasingannya di Banda Neira.

Di rumah pengasingan Bung Hatta misalnya, di sana masih terdapat papan tulis dan kursi yang digunakan untuk mengajar anak-anak setempat selama 8 tahun ia diasingkan yaitu pada tahun 1936-1942.`

Tunggu dulu, jika takut lelah berkeliling kota, maka kita dapat melihat seluruh rangkuman kisah Banda Neira di satu tempat saja. YA! Rumah Budaya Banda Neira menyimpan catatan sejarah Kepulauan Banda. Dalam Rumah Budaya ini terpajang beragam barang peninggalan masa VOC, lukisan mengenai situasi Banda pada masa lampau, uang-uang kuno, dan senjata yang dipakai untuk membantai 44 orang kaya Banda serta masih banyak peninggalan yang lain.

Tak hanya menawarkan kisah-kisah sejarah. Kepulauan Banda juga menawarkan pesona alam yang beraneka. Dikelilingi oleh kehidupan laut yang eksotis, kegiatan menyelam dan snorkeling tentu tidak mungkin terlewatkan. Kepulauan Banda merupakan salah satu tempat paling indah untuk menyelam di Indonesia. Untuk menjangkau lokasi penyelaman, Anda dapat menaiki perahu umum dari dermaga atau menyewa perahu pribadi.

Kepulauan Banda memiliki keindahan alam bawah laut serta terumbu karang yang mempesona yang menjadi salah satu dive spot terbaik di dunia. Menurut penelitian dari UNESCO, setelah letusan gunung Api Banda, pertumbuhan karang di tempat ini justru menjadi paling cepat di dunia.

Keindahan bawah laut Kepulauan Banda.
Keindahan bawah laut Kepulauan Banda.

Selain keindahan lautnya, di Kepulauan Banda terdapat gunung api aktif yaitu Gunung Api Banda. Gunung Api Banda merupakan puncak tertinggi di Kepulauan Banda dengan ketinggian 640 meter di atas permukaan laut. Jika Anda memiliki waktu lebih di Banda, Anda dapat mendaki Gunung Api ini untuk menyaksikan pemandangan indah dari Kepulauan Banda dari puncak.

Pemandangan dari puncak Gunung Api Banda.
Pemandangan dari puncak Gunung Api Banda.

 

Kepulauan Banda menawarkan beragam jenis wisata yang lengkap bagi wisatawan. Menyaksikan alam bawah airnya yang mempesona, mendaki gunung yang menantang, menjelajah kebun pala berudara segar serta menjelajahi sisa-sisa kehidupan masa silam yang menginspirasi tentunya merupakan paket komplit yang dapat kita nikmati di Kepulauan Banda. Jadi, tunggu apalagi? 🙂

Â